Sejumlah peneliti mengatakan pada Kamis bahwa mereka menemukan mutasi genetik pada pengidap autisme yang memutuskan hubungan antara sel-sel otak hingga sekitar sepersepuluh dari tingkat normal.
Studi itu menemukan protein yang membantu sel-sel otak mentransfer data melalui jalur neurologis yang disebut sinapsis bermutasi pada penderita autisme, seraya memberikan penjelasan kemungkinan untuk keterbelakangan pada kognitif dan perilaku mereka.
Peneliti utama, Johanna Montgomery, dari Pusat Penelitian Otak dari Universitas Auckland, mengatakan bahwa protein yang bermutasi itu, yang disebut Shank3, memberikan kemungkinan menarik dalam mencari pengobatan penyakit autisme.
“(Sebuah pengobatan) baru bisa diterapkan beberapa tahun lagi,” katanya kepada AFP. “Tapi sekarang kita tahu cara kerjanya, kita tahu apa yang salah, jadi mari kita coba mencari cara untuk memperbaikinya.”
“Sekarang kita berfokus pada bagaimana kita benar-benar menyelamatkan protein ini, untuk membuatnya bekerja dengan tepat lagi, sehingga sel-sel otak dapat berhubungan pada tingkatan yang tepat.”
Penelitian selama dua tahun yang diterbitkan dalam Journal of Neuroscience itu, dilakukan oleh Pusat Penelitian Otak dan Universitas Standford di Amerika Serikat.
Montgomery mengatakan bahwa sejumlah peneliti mulai memahami faktor-faktor kompleks di balik apa yang disebut gangguan spektrum autisme (ASD), yang biasanya mengakibatkan kesulitan belajar, kurangnya sosialisasi dan perilaku repetitif.
Dia mengatakan bahwa kondisi itu menjadi lebih lazim, sebagian karena diagnosis yang lebih efisien, dengan penelitian yang memperkirakan bahwa hal itu memengaruhi sekitar satu dari 82 anak.
Ref
0 komentar:
Post a Comment