Nur (cahaya)
hati inilah yang berpungsi untuk mengetahui hakikat dari segala
sesuatu, untuk dapat mengetahui yang benar dan yang salah, yang
benar-benar dari Allah dan yang dari selain Allah, termasuk dari ego,
keakuan diri dan nafsu. Cahaya hati disebut juga cahaya pengertian, dan
cahaya pengertian ini menjelaskan, mencerna dan memahami akal pikir
manusia, sehingga mampu
mengambil makna
dan arti dari apa yang dilihat, di raba, di cium dan didengar oleh indar
lahiriyah manusia, yang di dalamnya dicerna dan di pahami oleh akal
pikir manusia, selanjutnya cahaya hati yang mampu membaca, mencerna dan
memahami setiap makna dan arti yang terkandung dari apa akal pikir
manusia, yang bersumber dari apa saja yang dilakukan oleh indra
lahiriyah manusia.
Sedangkan Cahaya hati yang berbentuk pengertian itu terbagi menjadi tiga:
Yang pertama. Dinamakan “Nurul Islam” atau cahaya Islam, yang cahayanya bagaikan cahaya bintang. Cahaya Islam ini kekuatanya dapat menyinari diri kita untuk mengenal atau mengetahui adanya Allah, dengan menggunakan segala sesuatu sebagai tanda adanya Allah, yang meliputi segala sesuatu, termasuk menggunakan sarana ucapan, kata-kata dan huruf, semua itu menyatakan adanya Allah yang begitu nyata di dalam segala sesuatu, sehingga karena begitu nyatanya keberadaan Allah, sampai-sampai diri kita tidak mampu mengenali-Nya. Maka dari itu hanya dengan cahaya Islam yang begitu terang, yang mampu mengenali keberadaan Allah.
Yang kedua. Dinamakan “Nurul Iman” atau cahaya Iman, cahayanya bagaikan cahaya bulan. Cayaha Iman ini yang dapat menjelaskan dan menerangkan tentang sifat Allah, dimana sifat Allah itu tidak berpisah atau berlainan dengan yang mempunyai sifat, yaitu Allah itu sendiri. Dengan cahaya Iman ini pula, yang dapat menerangkan adanya segala nama itu adalah nama-Nya, segala perbuatan itu adalah perbuatan-Nya, segala sesuatu terjadi dan ada itu atas kodrat dan iradat-Nya, tiada sebab dan akibat dari segala sesuatu kecuali atas ijin-Nya. Dan cahaya Iman ini, yang mampu menggunakan alam wujud ini sebagai dasar atau dalil adanya tanda-tanda keberadaan Allah, melalui akal pikir dan logika yang dibawa di dalam perenungan diri manusia.
Yang ketiga. Dinamakan “Nurul Ihsan” atau cahaya kesadaran diri, cahayanya bagikan cahaya matahari. Cahaya kesadaran diri ini kekuatanya dapat memperlihatan keberadaan Allah dengan mata hati. Cahaya yang ketiga ini, merupakan pengetahuan hakiki tentang Allah, dan pengetahuan ini dinamakan “Makrifat”. Jadi jelaslah sudah, bahwa kesadaran diri itu merupakan pintu untuk membuka mata hati, sehingga mata hati ini dipenuhi oleh cahaya-Nya, hingga cahaya-Nya itu sendiri yang mampu melihat dan mengenali keberadaan Sang Diri-Nya sendiri, yaitu Allah. Keterangan ini, kami petik dari kitab “Iqazdul Himam”, sebagai penguat dari apa yang telah kami sampaikan diatas tadi.
Tiada maksud hati, kecuali ingin berbagi dalam cinta kasih,.!!
Moga bermanfaat dan selalu dalam renungan. Salam.
Sedangkan Cahaya hati yang berbentuk pengertian itu terbagi menjadi tiga:
Yang pertama. Dinamakan “Nurul Islam” atau cahaya Islam, yang cahayanya bagaikan cahaya bintang. Cahaya Islam ini kekuatanya dapat menyinari diri kita untuk mengenal atau mengetahui adanya Allah, dengan menggunakan segala sesuatu sebagai tanda adanya Allah, yang meliputi segala sesuatu, termasuk menggunakan sarana ucapan, kata-kata dan huruf, semua itu menyatakan adanya Allah yang begitu nyata di dalam segala sesuatu, sehingga karena begitu nyatanya keberadaan Allah, sampai-sampai diri kita tidak mampu mengenali-Nya. Maka dari itu hanya dengan cahaya Islam yang begitu terang, yang mampu mengenali keberadaan Allah.
Yang kedua. Dinamakan “Nurul Iman” atau cahaya Iman, cahayanya bagaikan cahaya bulan. Cayaha Iman ini yang dapat menjelaskan dan menerangkan tentang sifat Allah, dimana sifat Allah itu tidak berpisah atau berlainan dengan yang mempunyai sifat, yaitu Allah itu sendiri. Dengan cahaya Iman ini pula, yang dapat menerangkan adanya segala nama itu adalah nama-Nya, segala perbuatan itu adalah perbuatan-Nya, segala sesuatu terjadi dan ada itu atas kodrat dan iradat-Nya, tiada sebab dan akibat dari segala sesuatu kecuali atas ijin-Nya. Dan cahaya Iman ini, yang mampu menggunakan alam wujud ini sebagai dasar atau dalil adanya tanda-tanda keberadaan Allah, melalui akal pikir dan logika yang dibawa di dalam perenungan diri manusia.
Yang ketiga. Dinamakan “Nurul Ihsan” atau cahaya kesadaran diri, cahayanya bagikan cahaya matahari. Cahaya kesadaran diri ini kekuatanya dapat memperlihatan keberadaan Allah dengan mata hati. Cahaya yang ketiga ini, merupakan pengetahuan hakiki tentang Allah, dan pengetahuan ini dinamakan “Makrifat”. Jadi jelaslah sudah, bahwa kesadaran diri itu merupakan pintu untuk membuka mata hati, sehingga mata hati ini dipenuhi oleh cahaya-Nya, hingga cahaya-Nya itu sendiri yang mampu melihat dan mengenali keberadaan Sang Diri-Nya sendiri, yaitu Allah. Keterangan ini, kami petik dari kitab “Iqazdul Himam”, sebagai penguat dari apa yang telah kami sampaikan diatas tadi.
Tiada maksud hati, kecuali ingin berbagi dalam cinta kasih,.!!
Moga bermanfaat dan selalu dalam renungan. Salam.
0 komentar:
Post a Comment